01 Mei, 2009

Pacaran..?!! Boleh g' Ya..?!!!

Wah...akhir-akhir ini ada banyak sahabat yang curhat kepada saya tentang masalah remaja terutama tentang masalah "PACARAN". Banyak yang bercerita betapa sakit hatinya mereka karena diacuhkan ato malah di putus sama "PACARNYA"..!!!. Dari pada saya menjawab satu per satu pertanyaan mereka dan juga jawaban itu pastinya sama juga, maka saya akan menjawab semua pertanyaan iu semua lewat artikel ini dan untuk melengkapi artikel sebelumnya yang berjudul "CINTA". Mungkin remaja sekarang ini di ceko'i dengan acara-acara di tevisi yang menceritakan nikmatnya pacaran, sehingga terkesan bahwa hidup sekarang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara dan harus ada pasangan tetap untuk saling bertukar cerita dan berbagi rasa. Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe’ akhirnya……. pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti’in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak …. dukun pun ikut bertindak..!!!Eh..., Sebetulnya apa sih arti dari PACARAN itu..?. Kata “PACAR” berasal dari bahasa Kawi (Jawa Kuno). Artinya: “CALON PENGANTIN“. Kata ini kemudian mendapat akhiran “-an” yang bermakna kegiatan. Jadi, pacaran adalah aktifitas persiapan menikah. Dan menurut Om Wiki SuPedia (hehehe..,) pacaran artinya proses perkenalan antara dua insan kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Perlu kita ketahui bahwa di Islam sendiri juga ada pacaran lho...?!!Tetapi di agama Islam biasa disebut dengan TA'ARUF yang berarti kegiatan bersilaturahmi ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah - taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.
Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan mahram dan hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan dalam Surah An-Nisa 23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak boleh dikawin oleh laki-laki) adalah ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik sekandung ataupun sebapak), bibi (dari bapak ataupun ibu), keponakan (dari saudara sekandung atau sebapak), anak perempuan (baik itu asli ataupun tiri dan termasuk di dalamnya cucu), ibu susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Maka, yang tidak termasuk mahram adalah sepupu, istri paman, dan semua wanita yang tidak disebutkan dalam ayat di atas.

“Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ‘Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ….’ Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ‘Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya …’.”
(An-Nur: 30–31)
.

Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.

Maka dari itu ada pendapat mengatakan "Pacaran sesudah menikah".Tapi yang menjadikan pertanyaanya adalah Apakah "PACARAN SESUDAH MENIKAH" lebih nikmat daripada sebelum menikah?

Kata orang, pacaran sesudah menikah itu nikmat banget. Sampai ada bukunya segala. Kalau gak salah, judulnya: Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan. Kata orang pula, “Pacaran itu halal, tapi sesudah menikah.”

Benarkah pacaran sesudah menikah itu nikmatnya melebihi pacaran sebelum menikah? Benarkah pacaran itu halal hanya jika sesudah menikah?

Eh, saya tidak hendak memperdebatkannya. Di sini saya hanya mengajak kita semua untuk kembalikan makna pacaran ke makna aslinya (bukan makna palsunya). Lalu Anda bisa menilai sendiri apa benar bahwa pacaran setelah menikah itu nikmat banget.

Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA’ (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga’ punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur’an:

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).”

Wallahu A’lam bish-Showab